Kamis, 16 Juni 2022

Dinding dan Mural


Sempat viral pada zamannya, mural ini ada
di sudut Bangil. Nggak bertahan lama, mural ini kemudian
dicat ulang. Muralnya mungkin sudah tidak bisa dijumpai, tapi akan selalu mengendap dalam hati.
(Sumber: https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5682149/satpol-pp-cari-pembuat-mural-dipaksa-sehat-di-negara-yang-sakit)




#Estimasi durasi baca
 : 3 menitan aja udah selesai
#Rekomendasi waktu baca : waktu break istirahat siang

Hai, ketemu lagi!
Gimana kabarmu hari ini?
Aku gak akan pernah bosen nanyain kabarmu, tujuannya cuma satu aja kok.., 
memastikan kalau kamu sehat dan baik-baik aja.
Ini nggak berlebihan yaa. Tapi, bisa tahu kabarmu ditengah pandemi, adalah privilege..
----- seringkali ada perasaan yang tersisip, khawatir kalau pesan, chat, dm, nggak akan terbaca (selamanya). 

Adakalanya aku berterimakasih kepada pandemi, bukannya kenapa, pandemi telah mendidikku (dan mungkin jutaan orang diluar sana) untuk jadi pribadi yang lebih peduli terhadap sesama...
----- then I said, thanks Allah SWT, he`s/she`s still alive..

Pandemi juga membuka mataku, bahwa ada variabel tak terduga yang membuat kehidupan manusia dapat berubah secara drastis.
Awalnya tenang, menjadi resah.. 
Awalnya berkecukupan, lantas kekurangan..
yang sejak awal kekurangan, kemudian harus berjuang mati-matian untuk hidup..
Oh, tapi ada juga segelintir kecil yang semakin bergelimang harta,
dan mereka mendapatkannya dari jalan yang nggak disangka-sangka (tapi terencana)...
----- korupsi, suap, gratifikasi, misalnya... 

Just like devil temptation, ngebahas problematika yang ada di Indonesia bakal butuh waktu yang panjang banget.. seakan ga ada habisnya. Ya isu politik, ekonomi, sosial, lingkungan... etc. Pas lagi enak-enaknya ngebahas, malah jadi fokus ke masalah, bukan ke jalan keluar. Aku nggak suka yang kayak gitu.

On the other hand, seringkali aku ngerasa "ah, sudahlah...", dengan keadaan politik di Indonesia. Bikes (bikin kesel) banget gitu loh, apalagi saat ada yang ngasih petuah ke aku biar ga naif-naif amat kalo ngebahas masalah politik.., karena politik itu secara simpel dapat dipahami sebagai, "who get what, when, and how..?". Makin hari, ada aja yang nafsu buat makin kuat dan perkasa. 
----- power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely

Alhamdulillahnya.. bersyukur banget masih banyak yang cinta dan peduli dengan masa depan Indonesia. Indikator cinta dan kepedulian itu apa? Gampang kok liatnya.., lihat aja rekan-rekan yang menyuarakan keresahan yang sama terhadap kondisi saat ini. Mereka mendambakan harmoni, tetapi malah disuguhi kakofoni. Jangan salahkan mereka.., jika akhirnya mereka bangkit dan bersuara. 

Ngomongin soal cara bersuara nih, akhir-akhir ini kamu notice nggak sih soal isu mural?
Ekspresi seni yang dibuat di dinding, dan terkadang sifatnya mengamplifikasi jeritan rakyat kecil, entah kenapa akhir-akhir ini jadi trending topic di beberapa platform social media.

Coba kita lihat dari linimasanya yaa...
Mural bukan sesuatu yang seserem itu sebenernya. Zaman nenek moyang kita hidup di gua, mereka juga udah bikin mural didalam dinding gua.. nyeritain gimana epiknya mereka melawan mammoth, sabre tooth, dan predator ganas lain. Sembunyi, mengintai, mengendap-endap, dan menyergap.. strategi dan pesannya diwariskan..., dan ditujukan untuk keturunan selanjutnya. 

Pada zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia, mural juga udah dikenal oleh rakjat boemi poetra kok. Dinding jadi media pengobar semangat perjuangan, ini ide yang out of box. Mural pada zaman itu tak ubahnya seperti sosial media kekinian.. pesan-pesannya bermaksud untuk meraih kemerdekaan dan menghapuskan penjajahan.

Masih bicara tentang Indonesia, menjejaki masa post-colonial hingga sekarang, mural menjadi sarana aktualisasi diri. Bahkan mural juga menjadi identitas dalam berkarya. Nggak cuma seni, seringkali ada kritik sosial yang tersisip... termuat dalam tiap goresannya. 

Sini bentar deh, aku kasih tahu sesuatu... Aku nggak yakin kalau kamu akan mudah melupakan satir dari para seniman street art yang akhir-akhir ini viral di media sosial.
.
Tuhan, aku lapar
.
Dipaksa sehat, di negara yang sakit
.
404:not found
.
PPKM (Pernah Percaya Kemudian Menyesal)
.
Urus saja moral mu, jangan kau urus mural ku
.
Dan masih banyak lagi. Hingga secara informal sampai ada yang bikin lomba, siapa yang muralnya paling cepat dihapus (oleh pihak yang katanya berwenang) dialah pemenangnya.
----- sampai disini jujur aja, nyaliku ga sebesar para seniman street art. Bahkan bikin tulisan ini aja nih.. aku berkali-kali edit beberapa kalimat. Biar aman. 

Well, sebenernya kalau bikin kritik satir tentang pemerintah dan jalannya pemerintahan itu boleh ga sih? Jawabannya "boleh"! Karena termasuk cara berekspresi dan bentuk aspirasi yang disampaikan melalui seni. Ada undang-undang yang menjamin kebebasannya. 
(coba cek link bacaan ini, bacaan inii, dan bacaan iniii).
----- kamu bisa searching alamat kantor lembaga bantuan hukum terdekat di kotamu, sebelum menyuarakan kritik dan aspirasimu. 

Tapi nih ya, ada hal yang kudu digarisbawahi juga. Pembuat mural juga ada kemungkinan bisa dilaporkan ke pihak yang emang berwenang. Hal ini bisa aja terjadi kalau pemilik sah dari properti, dinding, atau media tempat mural dibuat ternyata ga terima. Gugatannya nanti bakal masuk ranah keperdataan. 

Aku bergidik ngeri, membayangkan skenario buruk. Skenario jika pemerintah terlalu reaktif terhadap karya seni jalanan. 
.
.
.
.

Ya... pandemi membuka mataku..,
ternyata banyak manusia yang mengalami kerentanan...,
mereka terselip, dan seringkali nggak terlihat (oleh pemerintah).
----- 


Malang, 16 Juni 2022
Mendung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERUBAHAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP (Bagian 1) ---MATERI KELAS X SEMESTER GENAP--- KURIKULUM MERDEKA

 ----  KEGIATAN AWAL PEMBELAJARAN  ---- 📌  Note  : Pernahkah kalian mengamati sawah yang berada disekeliling sekolah? Bagaimana kondisi saw...