Sabtu, 21 Agustus 2021

Cinta dan Senyawanya... (?) [Part 3]

Foto Prof. Amin dan Istri. Sewaktu melangsungkan perjalanan ke Tokyo,
Prof. Amin share foto ini kepada kami.. agar bisa jadi motivasi katanya.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)



#Estimasi durasi baca : 10 menitan kalau lagi nggak konsentrasi
#Rekomendasi waktu baca : Jangan dibaca sebelum tidur, baper tidak ditanggung oleh BPJS


Intro

        Hallo, sangat membahagiakan bisa berjumpa lagi dengan kamu. Kamu dalam keadaan sehat wal `afiyah kan? Please don`t make me worry to much about you, okay? In real life, it`s rather awkward for me to ask such things to you. But actually, I care a lot about you. 

----- (Playlist : Location Unknown - Honne ft. BEKA)
        Ngomong-ngomong, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan terus diperpanjang, hingga waktu yang tidak dapat ditentukan.. Hanya Allah SWT yang tahu kapan selesainya PPKM di Indonesia. Sinyalemennya udah disampaikan oleh salah seorang pembantu Presiden Republik Indonesia beberapa hari yang lalu (klik disini untuk sumber bacaan).

        Sejujurnya perpanjangan PPKM bukanlah hal yang mengagetkan (at least for myself). Tetapi, sebagian kecil dari diriku percaya pada announcement resmi pemerintah terkait waktu berakhirnya PPKM, dan jujur aja ngarep kalau PPKM ga akan diperpanjang. Yeah,.... apapun keputusannya.. sebagai rakyat Indonesia yang baik, kita perlu menghargai kebijakan dari pemimpin kita. Aku yakin kamu dan aku bisa kok.

        Mumpung masih dalam sesi intro nih ya, tahu gak sih aku beberapa hari ini merasa sedikit resah..? Bukannya bermaksud berbagi keresahan dengan kamu, no.. I won`t do that, resahnya cukup buat aku sendiri... kalau sama kamu, aku cuma ingin berbagi kebahagiaan. 

----- (Playlist : Seperti Rahim Ibu - Efek Rumah Kaca)
        Well, dibandingkan dengan tahun kemarin, 17 Agustus pada tahun ini (2021) punya nuansa yang istimewa. Aku dapat banyak banget cerita dan curhatan dari temen-temenku, tentang betapa tahun ini sangat luar biasa. Ada yang sedang diuji finansialnya, ada yang ngalamin character assassination, ada yang mati-matian melawan kesendirian/kesepian karena terpaksa stay alone at home, ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang struggle buat self-healing, ada yang kehilangan orang terkasih.... ah, banyak sekali... 

        Hal yang bisa aku lakukan untuk temen-temenku adalah menjadi pendengar yang baik, memberi respon yang baik, memberikan nasihat (hanya) saat diminta, dan sebisa mungkin ignite their hope. Cukup Allah SWT yang tahu, betapa kalian berusaha bangkit... yakin deh, Allah SWT punya rencana terbaik untuk kita semua. 

        Aku ingin menjabat erat tangan kalian, menepuk pundak kalian, sambil berkata.., "Aku bangga kenal kamu, kamu hebat.. I know you`ve been struggling to makes things right. Tetap ikhtiar sambil tawakkal. Kalau lelah istirahatlah.. usah khawatir, Allah SWT akan memberikan jalan keluar.., dari arah yang tidak disangka-sangka".

        Anyway, kamu sepertinya cukup rutin mengecek informasi yang beredar di sosmed belakangan ini ya? Banyak banget berita tentang filantropi. Gerakan rakyat bantu rakyat semakin terstruktur, masif, dan sistematis. Sering ngerasa kagum dengan mereka yang punya jiwa altruisme. Sementara itu berkaca pada diriku sendiri.., ternyata yang bisa aku lakuin masih terbatas, dan masih belum memungkinkan terjun langsung ke lapangan. So, let`s do our part, aku akan coba edukasi dan menghibur mereka melalui media daring. Dan kamu...., aku yakin kamu punya porsimu sendiri dalam berkontribusi. 😉
----- Sebagai bentuk kontribusiku, aku akan coba nulis sesuatu..

        Pada kesempatan kali ini aku masih akan membahas tentang cinta dan senyawanya. Beberapa waktu yang lalu aku berkutat dengan literatur barat, it was pretty much heavy on my brain. Mereka menitikberatkan pembahasan tentang cinta, melalui metode berpikir ilmiah. 
----- Buat aku yang baperan dan terlalu mengandalkan hati (especially when we talk about love), bacain hasil penelitian mereka tuh ternyata bisa bikin mataku terbuka. 😲. Tentunya aku juga menyampaikan terimakasih tak terhingga untuk sumber inspirasi tulisan ini, (alm.) Prof. Amin, thanks a lot for guiding me `till this point. Bismillah.


Cinta dapat Dikategorikan Menjadi Tiga Bagian

        Kamu ingat nggak? Pada part 2 kemarin, aku ceritain tentang fase perasaan cinta? Kalau kamu belum baca, please take your time untuk menikmati part 2 terlebih dahulu. Nggak perlu terburu-buru. Dan kalau kamu udah baca, alhamdulillah.. 😊 Aku seneng aja rasanya kalau kamu udah baca. Se-simple itu aku. 
.
.

FYI, Dr. Helen Fisher punya background sebagai anthropologist,
orang yang punya passion mengamati dan meneliti manusia serta pola berkehidupannya.
(Sumber : courtesy of 
https://www.ted.com/talks/helen_fisher_why_we_love_why_we_cheat?language=pt)


Aku lanjutin.
        Standing applause buat Dr. Helen Fisher dan tim yang telah bikin artikel ilmiah tentang cinta.  One day, tim risetnya punya sebuah pertanyaan tentang fenomena sosial yang ada disekeliling mereka. Aku kutip dalam bahasa aslinya yaa, kamu bacanya nggak usah terkedjoed.
----- Aku berikan disclaimer dulu, penelitian ini bermula dari hasil pengamatan terhadap kultur yang berkembang diluar negeri. Beda negara, beda kultur. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

One of her central ideas is that romantic love is a drive that is stronger than the sex drive. As she has said, "After all, if you casually ask someone to go to bed with you and they refuse, you don't slip into a depression, commit suicide or homicide -- but around the world people suffer terribly from romantic rejection." - Helen Fisher

 

        Boljug (boleh juga) nih gagasan dan landasan berpikir Beliau. Konsepan awal dari gagasannya kalau diterjemahkan secara bebas adalah sebagai berikut: "Kira-kira faktor mana yang punya pengaruh lebih kuat dalam suatu hubungan spesial antar manusia? Faktor kemurnian dan romantisme cinta? Atau faktor dorongan untuk melakukan hubungan seksual?". Yeah, I know, meskipun ada bagian yang sengaja nggak aku terjemahkan.. tapi kamu bisa tetap nangkep artinya kan?

Ini nih mesin fMRI-nya, se-gedhe gaban ya ternyata. Orang yang diperiksa
nanti akan rebahan dulu tempat yang mirip ranjang itu,
next, dia akan masuk pelan-pelan ke dalam semacam
silinder berukuran besar yang didalamnya kelihatan bersinar terang.
(Sumber : courtesy of 
https://pbs.dartmouth.edu/sites/department_psychological_brain_sciences)

        
        Bicara soal instrumen dan metode, aku berikan sedikit gambaran tentang apa yang mereka lakukan. Penelitian mereka pake alat yang namanya functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI). After that, mereka ngelakuin scanning otak kepada 49 pasangan pria dan wanita. Nah, dari 49 pasangan tadi dapat diidentifikasi.. sebanyak 17 pasangan sedang madly fallen in love, kasmaran pol-polan, bucin tingkat dewa; 15 pasangan baru aja putus dan dicampakkan (semoga udah pernah vaksinasi campak, seegaknya biar hati mereka lebih kuat saat dicampakkan) 😔😔😔😔; dan sisanya adalah 17 pasangan yang sukses menjalani bahtera rumah tangga dengan rerata usia pernikahan 20 tahunan.

        Hasilnya..., perasaan cinta dapat di-breakdown jadi tiga kategori. Lust. Attraction. Attachment. Pada setiap kategorinya, ada bagian otak dan hormon yang secara dominan mengambil peranan. 
----- hmm, menarik sekali hasil penelitiannya.


Mengetahui tentang "Lust", Memaknai "Attraction", dan Memahami "Attachment"

        Sebenernya lust, attraction, dan attachment itu apa sih? Oke, aku coba jelasin ke kamu..
Lust, dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan "nafsu, gairah, yang berhubungan dengan syahwat". Birahi. 

        Attraction, bisa dimaknai sebagai rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. Contohnya...., kamu ingat betul caranya tersenyum, tatapan matanya yang dalam, warna matanya, aroma parfumnya, jokes receh yang secara random dia ucapkan (meskipun seringkali garing, tapi toh kamu tetap berusaha tertawa), serta tingkahnya yang gemes-gemes cute... all about him/her make you attracted. Ketertarikan ini sifatnya bisa resiprokal (you were lucky enough to get his/her attention), bisa juga sepihak... bertepuk sebelah tangan. 
----- Pernah ngerasain fallin in love with someone you can`t have? Kalau kamu pernah ngerasain, tenang aja... kamu nggak sendirian kok. 

        Bagaimana dengan attachment..? Ini yang agak susah dideskripsikan dengan kata. Attach bisa aja dipahami secara sederhana dengan kata nempel, terikat, atau tertambat. Untuk orang-orang yang nggak terlalu ekspresif, perasaan "attach" lebih mudah ditangkap melalui hal-hal yang tersirat... bukan tersurat. 
----- Gini aja deh, aku akan berikan contoh yang sifatnya umum. Kamu pasti pernah dengar kisah cinta Bacharuddin Jusuf Habibie dan Hasri Ainun Besari, kan? 

Bacharuddin Jusuf Habibie dan Hasri Ainun Besari, semasa muda.
(Sumber : courtesy of https://www.jawapos.com/nasional/11/09/2019/)

.
.
.
Dalam suatu sesi wawancara dengan Najwa Shihab, Eyang Habibie pernah berkata.. 

"...Saat Ibu Ainun berpulang, jiwa saya itu.. setengahnya tidak ada, kosong... itu disebabkan karena Ibu Ainun dan saya, 48 tahun dan 10 hari.. tidak pernah berpisah...".

Terjeda sejenak, Eyang Habibie kemudian melanjutkan..

"Tapi saya..., yakin, bahwa Ibu (Ainun) itu ada didalam hati saya sendiri,
seperti Ibu (Ainun).. dimanapun dia berada.., saya doakan disisi Allah SWT, di alam barzakh, jiwa saya ada didalam. Menyatu, dengan Ibu Ainun". 

Terlihat Beliau menekan rasa rindu yang teramat sangat, dan menyambung kalimatnya..

"Saya bisa menutup mata saya, yang saya lihat.. tiap sudut, dari memori dan mata saya..
yang saya lihat adalah wajah dan senyuman Ibu (Ainun). Dan saya yakin Ibu (Ainun) juga, dimanapun ia berada, mengalami ini juga".

Air matanya tertahan..

"Saya tidak sangka, bahwa hubungan antara dua manusia insan.., adalah demikian dahsyatnya.. dan... indah... Tapi, perih..".

Matanya berkaca-kaca..

"Tiap kali saya rindukan, dan memikirkan.., bertanya dimana dia (Ibu Ainun). Dan saya doakan, pada tiap doa, saya sampaikan.. apa yang ditentukan oleh Allah SWT itu adalah yang terbaik untuk kita". (Klik disini untuk sumber tautan video). 
.
.
.
        So, now..? Kamu udah kebayang makna dari masing-masing kata lust, attraction, dan attachment, kan? 

        Tahu secara verbal tentang sebuah makna kata, akan terdengar kurang sempurna tanpa ikut mengelaborasikan elemen rasa dan karsa didalamnya. Dan aku ngerasa dapet banget elemen rasa dan karsa dari apa yang Eyang Habibie sampaikan... It was, breathtaking.. 

        Jeda perlu aku ambil, aku ngerasa "penuh", dengan informasi yang aku dapat barusan... Bahasan kali ini perlu untuk dicukupkan terlebih dahulu, ya...? Gapapa, kan..?. Biar semuanya mengendap dulu, sebelum akhirnya bisa dinikmati, seperti secangkir kopi. 

        Sebelum bener-bener aku tutup sesi kali ini, please highlight kalimat berikut yaa.. Kunci memahami perasaan cinta, adalah bisa membedakan derivat-derivatnya. Jatuh cinta dan memaknai cinta adalah dua hal yang berbeda. Oh, tentu..., membutuhkan proses yang tidak mudah untuk memaknai cinta.

        Nantinya aku akan coba cari informasi tentang cinta dari poin of view-nya Islam. Harapanku, pelan-pelan nanti kamu bisa secara holistic and balance memahami apa itu cinta. Kamu bisa mencari sumber bacaan pembanding, agar apa yang kamu dapat bisa semakin banyak dan barokah.

Sampai jumpa disesi curhat nulis berikutnya!! 😁
.
.
.
Malang, 21 Agustus 2021
Langit keliatan cerah, aku ngerasa seneng banget lihatnya...





For Future Reference :

Fisher, Helen (2004). Why We Love – the Nature and Chemistry of Romantic Love. Henry Holt and Company. ISBN 0-8050-6913-5.

"Love, The Thing Called Love – National Geographic Magazine". Ngm.nationalgeographic.com. Retrieved December 2, 2014.

Senin, 16 Agustus 2021

Cinta dan Senyawanya... (?) [Part 2]

View dari sebuah kafe yang berada di Kota Malang, namanya Kopi Pisan.
Kalau kamu main kesini, coba luangkan waktu saat menjelang maghrib sampai malam hari.
Ngelihat lalu lalang kendaraan dan hilir mudik orang, ga tahu kenapa bikin perasaan nyaman.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi).



#Estimasi durasi baca : 3-4 menit
#Rekomendasi waktu baca : Sebelum tidur, jadi pilihan yang tepat untuk membaca tulisan pendek ini.

        Hai!! Senang ketemu dengan kamu lagi, meskipun hanya lewat blog. Ingin banget ketemu langsung dengan kamu, tapi ingat sekarang masih pandemi. Bisa aja aku adalah orang tanpa gejala (OTG) yang sebenernya jadi carrier virus, tapi masih keliatan sehat aja.. terus sehabis ketemuan, malah kamunya yang sakit. Tentu aku ga mau seperti itu.

        Well, baru nyadar beberapa postingan ke belakang.. ternyata aku masih belum konsisten memilih antara penggunaan diksi "aku" dan "saya". Kalau pilih "saya", kesannya formal banget, kayak mau nyalonin diri buat pemilu aja ya.. (tanpa perlu bawa-bawa sayap atau kebhinekaan). 

        On the other hand, kalau pilih "aku".. kesannya jadi kasual dan santai. Ah... wait, denger-denger di wilayah ibu kota, panggilan "aku - kamu" itu menunjukkan hubungan spesial ya? Bener ga sih? 😁
----- Oke, kalau gitu aku bakal pilih "kamu" aja (hloooo eh.. 😅). Nope, bercanda... aku akan pilih pake "aku" aja. Biar antara aku dan kamu (pembaca) bisa terbangun hubungan emosional yang spesial... dan sifatnya resiprokal. 
I hope so. 

----- (Playlist : Liar Angin - Feby Putri)
        Ngomongin hubungan spesial antara dua insan beda gender nih.. tema-nya ga jauh dari apa yang aku tulis kemarin. Kali ini, Cinta dan Senyawanya - Part 2, akan mulai dengan sedikit cerita tentang isi tulisan Beliau. Jujur, aku mau take my time untuk ceritain ini semua. Aku ingin banget menikmati prosesnya. Ditulisan ini, aku juga ingin dengan sesadar-sadarnya melibatkan akal dan qalbu. Menerima semuanya as it is.. and sometimes you just need to let it flow, after you wade through swift current in your life.  
.
.
Bismillah, biar barokah..
        Let`s get back to the topic, masih ingat kemarin di part-1 kita ngobrolin apa sepanjang perjalanan ke Pacitan? Yuhu... bener banget, kita ngobrolin tulisan (alm.) Prof. Amin, isinya tentang cinta. Beliau nulisnya singkat, nggak panjang.. dibaca sekitar 4 menit aja insyaAllah kita akan paham isinya.
----- Sering iri sama orang jenius, Allah SWT berikan kelebihan untuk menyederhanakan hal kompleks menjadi lebih sederhana, to the point, dan bikin orang yang baca/ndengerin jadi mudah paham. 

        Isi tulisannya bisa dibagi jadi tiga bagian. Bagian pertama ngasih prakonsepsi.. semacam penggambaran skenario ketika awal jatuh cinta, sedang jatuh cinta, dan mempertahankan cinta. Dibagian awal banget ini, kamu akan diajak mengingat, gimana sih deg-degannya jantung sewaktu pertama ketemu sama sosok someone. Kata orang luar negeri, rasanya macam ada butterflies in your stomach. Campur aduk antara seneng (buangeetttt), ndredeg (bhs. Jawa : jantung berdegup kencang), dan gugup jadi satu. You did silly things in front of him/her, unconsciously..

        Saat dalam fase awal jatuh cinta, which is kamu sudah ketemu beberapa kali dengan someone yaa maksudnya, kamu bakal ngerasa berbunga-bunga. Bahagia banget kalau ketemu, rindu banget banget banget kalau terpisah oleh jarak & waktu (apalagi terpisah oleh takdir), dan ujungnya jadi berasa sedih..., mellow. Kamu intoxicated dengan perasaan cintamu, ga doyan makan, dan susah tidur. Pernah? 

        Seiring berjalannya waktu, perasaan deg-degan kalau ketemu bakal mulai pudar. Kamu udah mulai terbiasa sama dia. Kalau ketemu masih tetap menyenangkan, everything`s seems goin on smoothly. Beberapa kali terjadi kesalahpahaman, and it`s okay, kamu dan dia bisa melewatinya dengan sukses. Ternyata kupu-kupu yang menggelitik di perutmu sudah terbang entah kemana, kamu udah gak ngerasain sensasi seperti itu lagi, yang ada... kamu ngerasa lebih kalem dan nyaman aja saat tahu dia ada didekatmu. Lantas dirimu mengambil kesimpulan secara sadar, kalau kamu ga mau kehilangan dia. Pernah?

        Selanjutnya.., pada bagian kedua, bagian isi... Beliau menjelaskan fenomena dan sensasi yang kamu dan aku rasakan adalah bentuk metabolisme tubuh. Semuanya ga lepas dari peranan hormon, neurotransmitter, dan segala reaksi yang kebanyakan terjadi didalam otak. Menarik banget, reaksinya terjadi di otak... tapi kenapa kok jadi hatinya yang ngerasa baper ya. Hahahaha. 😂 Lucu sekali, Saudara-saudara!

        Bagian terakhir, Beliau kemudian memberikan semacam kesimpulan.. kalau ternyata kamu, aku, dan kita semua sebagai manusia ga punya kuasa penuh.. bahkan untuk mengatur hati dan perasaan. Senantiasa memohon kepada Allah SWT agar hati ini ditautkan pada jalan-Nya.. adalah hal yang sangat tepat. Beliau beneran banget ngingetin ini. Ada doa yang kemudian Beliau sisipkan, doa ini diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, begini doanya...

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
(Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik)
Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)
.
.
.
        Throw back, obrolan tentang tulisan itu kemudian Beliau tutup dengan pesan.. bahwa kami semua tetap harus mencari informasi yang lebih komprehensif. Tidak boleh hanya mengandalkan satu rujukan saja untuk memahami sebuah ilmu. Jadi jika kami masih ingin memahami isi tulisan Beliau, sangat disarankan untuk menguatkan lagi pemahaman materi biologi sel molekuler, fisiologi manusia, anatomi, bahkan tidak boleh segan untuk belajar lintas ilmu. Ambil contoh, bioinformatika, neuropsikologi, and so on...

----- (Playlist : Orange - 7!!)
        Saat itu aku ngerasa belum ketemu urgensinya untuk mencari informasi lebih dalam. Tapi setelah dipikir-pikir, ada baiknya aku memahami tentang apa itu cinta. 
----- Eh, tapi for your information, tulisan ini ga ada kaitannya dengan fenomena kembali maraknya lagu dari Negeri Ginseng yang berjudul "What is Love?" 😅 Hahaha.

        Menurutku tulisan ini penting, setidaknya buat aku sendiri, pertama.. karena merupakan wujud refleksi diri. Kedua, aku ingin me-record apa yang telah disampaikan oleh Gurunda melalui tulisan dan lisan Beliau.. agar bisa menjadi amal jariyah untuk Beliau setiap kali ada yang mendapatkan insight baru dari tulisan ini. Kalau kamu baca tulisan ini, dan kamu ngerasa dapat khazanah baru tentang cinta.. alhamdulillah.

        Untuk saat ini, aku masih menghimpun informasi dari beberapa sumber. Masih bener-bener butuh belajar, dan menikmati prosesnya. Sepertinya aku cukupkan dulu tulisannya, karena khawatir nanti kalau diterusin jadi kecampur dengan curcol-an. Anyway, aku berharap banget kamu bisa sabar menunggu untuk part berikutnya. See you!
.
.
Malang, 16 Agustus 2021
PPKM yang diperpanjang berkali-kali, pada hari ini berakhir. Semoga ga bakal diperpanjang lagi. 




Kamis, 12 Agustus 2021

Cinta dan Senyawanya... (?) [Part 1]

Candid Prof. Amin, Beliau tertawa mendengarkan celoteh kami saat bercanda.
Foto ini diambil saat melaksanakan perjalan
menuju Pacitan. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)


#Estimasi durasi baca : 5-7 menit
#Rekomendasi waktu baca : Saat sesi teabreak, sewaktu senggang

Hey yo! Whats goin` on lately?
Hope you in a good shape 😃
I wanna reach you all, through phone or some social media platform, but it seems rather tough
Firstly, lemme tell you, nggak seperti sebelumnya.. postingan kali ini dibuat sambil mendengarkan beberapa karya indie dari musisi dalam negeri. Sebisa mungkin nggak baper parah selama menulis, 
and truthfully I wanna you enjoy it..
Please stay tune, dan silahkan menikmati..

Oke, Bismillah... 😊
Ada gak dari kalian yang pernah tiba-tiba ingat sesuatu yang random saat sedang menikmati rintik hujan turun dari langit?
Hujan dan ingatan, memang sesuatu yang ajaib.. 
kombinasi dari keduanya bisa membangkitkan memori, 
yang sometimes bittersweet..

-----(Playlist : Kota - Dere)
.
.
Hujan kali ini membuat saya mengingat tentang seseorang..
-----Bukan... ini bukan kenangan sentimental tentang orang yang pernah singgah sekejap dalam hidup.. 

Ini tentang obrolan kami dan Prof. Amin saat sedang berada didalam mobil, perjalanan yang menyenangkan menuju Pacitan. 

Kala itu, Prof. Amin mendapatkan kiriman tautan video. Pengirim tautan tersebut adalah rekannya sesama profesor, dari Universitas Brawijaya. Sambil bercanda dengan kami, Beliau tiba-tiba bertanya, "Eh, Kalian tahu lagu ini nggak? Katanya lagu ini sedang hits ya?". Karena penasaran, kami meminta Beliau memutar video tersebut. Sejurus kemudian kami tertawa, lagu yang diputar memang sempat populer pada masanya.. judulnya "Sayang", dipopulerkan oleh Via Vallen.

Reda tertawa kami, sempat kemudian kami bergumam ringan.. menyamakan nada dengan alunan suara Mbak Via Vallen. Setelah lagu berakhir, saya menyeletuk.., "Tahu gak.. lagu "Sayang" sebenernya punya kemiripan sama lagu asli Jepang yang sempat booming di tahun 1998-an loh..". Prof. Amin memutar kepalanya, kearah jok belakang.. Beliau penasaran dengan trivia yang saya ucapkan barusan.. "Oh ya..? Sini coba Bapak putarkan.. Judulnya apa, Mas?", tanya Beliau sambil tersenyum. 

Lagu yang saya maksudkan adalah "Mirai e", dibawakan secara outstanding oleh Kiroro.
Berkisah tentang rasa sayang dan cinta kepada ibunya, ini yang memberikan nuansa berbeda dengan lagu Sayang.. Ada rasa syahdu dan haru yang menyeruak dari dada kami, karena masing-masing dari kami mengingat sosok Ibu.
-----Saya belum mengucapkan terimakasih kepada Prof. Amin, saat itu Beliau sangat sabar mendengarkan celoteh receh yang keluar dari mulut saya. 

Karena saat itu suasana sedang mellow -and it`s not a good things when we have had a long journey- tiba-tiba ada adek tingkat kami berinisiatif to brighten up our mood, dia menanyakan tentang pengalaman Prof. Amin berkuliah di Jerman. Dengan senang hati Beliau bercerita, mengeksploitasi semua kenangan Beliau sendiri saat menuntut ilmu di Dresden.. Jerman.
-----and It was an amazing story that had been told.

Iseng saya bertanya, tentang tulisan Beliau yang membahas perihal cinta.
Beliau tertawa, sambil menyatakan rasa heran, kenapa saya sampai sebegitunya tahu (kepo). Tulisan itu dibuat saat Beliau studi disana,..
saat Beliau memandangi belahan jiwanya. Katanya, Beliau tidak bisa melupakan momen tersebut, saat mereka (Prof. Amin, istri, dan anaknya) kedinginan didalam apartemen.. salju sedang turun deras diluar sana..

Saya merasa jatuh cinta dengan apa yang yang Beliau sampaikan, sangat indah, pun sarat makna. Sepengamatan saya, tatapan dan senyum yang terangkai diwajahnya.. senantiasa berubah menjadi lebih lembut saat bercerita tentang keluarga. Beliau sosok kebapakan yang sangat peduli kepada anak-anaknya (baik anak biologis maupun ideologisnya).

Sepertinya akan cukup panjang tulisan ini, izinkan saya menyambung pada tulisan berikutnya... Anggap-lah ini sebagai teaser yaa,.. 😉

-----(Playlist : Sesuatu Di Jogja - Adhitia Sofyan)
.
.
Poin menarik dari tulisan dan cerita Beliau, cinta bisa dijelentrehkan melalui beberapa disiplin ilmu. Menilik cinta dari sisi sastra, akan sangat menyentuh bagi mereka yang madly in love with literacy and books things (may be?). Sedangkan menilik cinta dari sisi sains, bisa jadi adalah cara unik seorang saintis meluapkan rindu dendamnya. Who knows..?
-----Oh ya, Tulisan ini juga diperuntukkan untuk memenuhi janji kepada seorang teman, janji yang disampaikan di salasatu sudut tempat makan, di Kota Malang. Wes yoo rek, janjiku wes arep tak lunasi yoooo.. 😂

Sampai jumpa pada part berikutnya.... 


Malang, 12 Agustus 2021
Sorot cahaya mentari pagi, sangat indah. 

Minggu, 08 Agustus 2021

(Profesor) Amin yang Serius

Prof. Amin (mengenakan baju koko putih), bersama dengan Prof. Azis,
saat itu sedang menghadiri monitoring dan evaluasi
program World Class Professor 2017,
di gedung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)




#Estimasi durasi baca : 10 menit
#Rekomendasi waktu baca : Pagi hari menjelang Subuh
        
        Semester empat dan lima, untuk mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Biologi, adalah salah satu semester yang penuh tantangan. Well, yeah, desas-desus ini sudah saya dengar semenjak awal mula menjejakkan kaki di Universitas Negeri Malang. Nggak tahu kenapa, banyak kakak tingkat (kating) yang memberikan semacam early warning, agar siap menghadapi kedua semester tersebut. 

        "Dua jenjang semester yang terberat saat kamu belajar disini, kudu siap mental, lahir, bathin, dan juga harus lebih sabar menghadapi teman..", kurang lebih begitu wejangan yang diberikan oleh hampir semua kating tercinta. Karena pada saat itu saya masih benar-benar kurang memahami seluk-beluk dunia perkuliahan walhasil saya percaya saja. 😀 Hehehehe.

        Jujur, yang terlintas didalam otak saya -seorang lelaki muda yang baru saja lulus Sekolah Menengah Atas (SMA)- nantinya saya akan menghadapi matakuliah yang banyak, dengan tugas kuliah yang tiada berakhir, dan dosen dengan cara mengajar seperti Profesor Snape... sosok pengajar yang ada dalam novel fiksi Harry Potter. Sempat ciut juga nyali saya pada saat "ditakut-takuti" oleh kating. Nyesel banget, kenapa saya harus ciut saat kating berbagi pengalaman kuliahnya dulu, secara tidak sadar pada saat itu sudah ada bibit mental blocking..

        Kenyataannya bagaimana? Kuliah itu seru banget kok, bener deh. Kalau diberikan kesempatan, saya mau banget kuliah lagi. Hal yang paling saya sukai adalah mendapatkan ilmu dan pelajaran yang fresh dari dosen dan teman-teman. Bahkan saking serunya, tiga semester nggak terasa udah saya lalui dengan cukup sukses. Bahkan, pada saat semester tiga, saya sempat diamanahi untuk menjadi asisten dosen pada matakuliah Botani Tumbuhan Rendah. Sungguh pengalaman yang sangat berharga. 

        To make it short, sampailah perjalanan belajar saya pada semester empat dan lima. Jumlah sistem kredit semester (SKS) cukup banyak, 22-24 SKS. Matakuliah yang harus kami pelajari juga banyak.. seingat saya ada 8-10 matakuliah. Tugas yang menurut saya cukup melelahkan adalah membuat makalah dan laporan praktikum. Tugas yang lain, insyaAllah terasa ringan saja. 

        Sempat pada saat itu saya mengalami brainfog, singkatnya saya merasakan penurunan kapabilitas berpikir... otak terasa agak lemot dalam menerima materi perkuliahan. Saya ingat betul, saat itu semester lima, matakuliah Genetika II. Sore hari, sekitar pukul 15.30 WIB.. sorot mentari senja datang tanpa ampun dari sisi barat.. menyerang ruangan kelas laboratorium Genetika di Gedung Biologi lantai tiga. 

        Saya mengajak untuk ikut membayangkan suasana yang kami alami saat itu. Kelas terasa penuh sesak, diisi oleh 20-an mahasiswa dari offering BBB. Belum lagi, puluhan mahasiswa dari offering lain yang juga harus mengerjakan proyek penelitian Genetika II. Kalau saya estimasikan, dalam satu kelas bisa mencapai lebih dari 50 orang. 

        Bagian Timur kelas kami ada dua white board besar, panjangnya sekitar 8 meter. Sisi dinding bagian Utara terdapat rak dari besi (kurang lebih segini ukurannya, panjang = 8 meter; lebar = 40 centimeter; tinggi = 2,5 meter).. ada empat susun, dan untuk menggapai rak tertingginya kami harus naik bangku/meja kuliah. Rak itu penuh dengan kardus berisi botol bekas selai, bagian dalam botol isinya adalah fermentasi jus pisang, kami memelihara Drosophila melanogaster sp. didalamnya.. dengan penuh cinta kasih. 

        Hampir seluruh bagian dinding sebelah Selatan kelas kami adalah jendela kaca yang cukup besar, ada 3 deret wastafel juga disana. Bagian Barat, ada susunan rak yang berukuran lebih kecil, lebarnya hanya seukuran botol selai.. Disini tempatnya strain indukan lalat buah yang kami pelihara (indukan lainnya disimpan dengan aman didalam ruangan asisten dosen, tepat dibagian belakang kelas). Oh iya, ada kompor juga, kami bergantian menggunakannya untuk memasak jus buah pisang. 

        Sesak sekali bukan kelas kami...? belum lagi deretan meja dan bangku kuliah.. wuah, membuat suasana kelas menjadi panas. Secara harfiah, panas dan membuat haus. Meskipun suasana riuh dibelakang kelas, serta crowded seperti hari sebelumnya... entah mengapa hati kecil saya berkata... akan ada hal yang berbeda pada kuliah hari ini.  

        Dosen pengampu matakuliah Genetika kami, Prof. Aloysius Duran Corebima, sedang berhalangan hadir.. sehingga digantikan oleh dosen yang lain. Sosok yang saat itu berdiri didepan kelas kami, adalah sosok yang asing. Beliau terlihat masih muda, mungkin pada saat itu usianya masih diawal 40-an. Terlihat enerjik, sat-set-sat-set, gerak cepat, tegas, dan berwibawa. Beliau adalah Prof. Dr. agr. H. Mohamad Amin, S.Pd., M.Si.

        Selama presentasi kelompok, beliau menyimak dengan seksama isi materi yang disampaikan oleh teman-teman kami. Sambil sesekali membuka gawai dan membalas pesan dari kolega Beliau. Maklum, Beliau adalah orang yang sibuk, selama perkuliahan tidak hentinya gawai milik Beliau bergetar (tanda ada pesan masuk).. bisa mendapat kesempatan belajar dengan Beliau merupakan keberuntungan yang tak terhingga. Pada bagian akhir presentasi, seperti biasanya.. presenter kemudian menanyakan kepada audiens, apakah sekiranya ada materi yang belum secara jelas tersampaikan. Audiens pasif, dan dosen kami tiba-tiba marah.

        "Ayo.. semuanya, coba perhatikan saya. Kalian dengar tidak apa yang ditawarkan oleh teman-teman kalian yang sudah presentasi..?!", begitu Prof. Amin mulai membuka suara. 

        "Teman kalian sudah lelah menyusun materi, kalian seharusnya menghargai dengan mengajukan tanggapan dan pertanyaan!", sambung Beliau. Hening sejenak, audiens (terhitung saya juga didalamnya) hanya saling melirik satu sama lain. Bingung, apa lagi yang harus kami tanyakan... dan sejujurnya kami merasa kurang paham dengan apa yang dijelaskan oleh teman kami.

        "Kalian itu mahasiswa ya.. ingat, M-A-H-A-S-I-S-W-A! Yang kritis, lah.. masa harus disuruh-suruh, dipaksa-paksa biar bisa kritis?! Sudah gedhe gini, harusnya Saudara malu kalau tidak bisa berpikir dan bersikap kritis!", tambah Beliau dengan nada tinggi. Audiens, terkejut. Hening, bahkan riuh-rendah dan hiruk-pikuk rekan kami yang sedang mengerjakan tugas proyek genetika terhenti. 

        Laa khaula wa laa quwwata illa BillahAduh, otak sedang tidak bisa diajak kerjasama..., saya melirik ke salah seorang mahasiswa tercerdas di kelas. Dia menggeleng dua kali.. kanan-kiri... kanan-kiri.., dari sorot matanya saya tahu dia masih belum punya bahan untuk bertanya. Masa iya saya harus mengajukan pertanyaan receh, yang iya malah saya yang dihabisi oleh dosen. Masih hening... tiba-tiba ada satu tangan teracung tinggi, dari deretan bangku belakang. 

        Saat itu teman saya mengajukan pertanyaan, lupa detailnya apa.. yang saya ingat adalah reaksi dari dosen kami.., "Duh, Mas, Mbak... mbok yo (bhs. Jawa : kurang lebih artinya sama seperti "tolong laah..." and sound a little bit desperate)... dipikir benar sebelum mengajukan pertanyaan.., ayo saya tunggu, mana lagi pertanyaannya?". Terlihat dari gesture-nya, Beliau tidak segan untuk menunjuk salah satu dari kami, agar mengajukan pertanyaan. 

        "Apa lagi ya..?", saya berpikir keras.., dan akhirnya saya memberanikan diri untuk mengangkat tangan. "Mohon izin, saya masih belum memahami proses modifikasi pasca transkripsi pada materi genetik.. mohon kelompok presenter berkenan menjelaskan poinnya". Saya cari aman saja, jangan sampai membuat dosen kami semakin marah. Syukurlah, ternyata tidak hanya saya yang merasa belum memahami materi tersebut.

        Menjelang akhir jam perkuliahan hari itu, dosen kami menyampaikan permintaan maaf karena tadi sudah memarahi kami semua. Beliau menyampaikan rasa kecewa, dan akhirnya harus meluapkannya dengan perasaan marah. Beliau menyesali hal tersebut, dan berharap kami semua berubah menjadi sosok yang lebih well-prepared. Tapi menurut saya, Beliau sama sekali tidak perlu meminta maaf kepada kami semua. Sudah seharusnya kami berjuang lebih keras untuk mempersiapkan materi dan menambah daftar pertanyaan yang nantinya akan kami ajukan ke presenter. Perkuliahan tersebut meninggalkan jejak mendalam dalam bathin saya. 

        Beliau, secara autentik menunjukkan perasaan kecewa dan marahnya. Apa yang Beliau sampaikan, terasa asli.. tidak dibuat-buat.. dan saya berani bertaruh apa yang Beliau sampaikan panjang lebar tadi tidak ditulis dalam script. Bahasa Beliau sangat tertata, sistematis, lugas, dan tidak bias. Terlebih..., apa yang disampaikan oleh Beliau terasa sangat tulus berasal dari hati, sehingga pesan tersebut menancap dalam sanubari kami. 

        Menjadi seorang murid, memang sudah sepatutnya merasa lelah. Letih yang dirasakan saat belajar, memanglah wajar. Teringat dengan ungkapan dari Arab.. 

مَنْ جَدَّ وَ جَدَ
"Barangsiapa bersungguh-sungguh.. akan berhasil"

        Lebih bersungguh-sungguh berjuang mencari ilmu... Dan kemudian merasakan bahagia saat menemukan konsep dan pemahaman baru tentang ilmu tersebut. Memang sangat nikmat saat kita bisa mencerna apa yang sedang kita pelajari. Tiba-tiba secara random, saya teringat akan sosok jenius "Lintang" dalam serial novel yang ditulis oleh Andrea Hirata. 

        Dikisahkan ditengah sunyi dini hari, ditemani temaram lampu minyak, Lintang menekuni sebuah buku dan ensiklopedi. Lantas huruf yang sedang ia eja terlihat bergerak, kemudian menjelma menjadi puluhan.. ratusan... ribuan kunang-kunang,.. berkelip cahayanya laksana bintang. Insekta yang bisa memendar itu kemudian terbang, menyusup kedalam batok kepalanya.. menyinari sudut-sudut gelap pikirannya. Ilmu memang ibarat cahaya, pelita yang dengan setia akan menerangi bagian gelap nan pekat. 

        Well...., saya memang bukan Lintang.. dan kegiatan belajar saat itu dilangsungkan pada sore hari, bukan malam. Saya harus bolak-balik mengulang satu paragraf dalam buku untuk bisa paham benar isinya. Toh, yang terpenting adalah saya merasa senang. Ilmu memang milik Allah SWT, jika Dia berkenan... tak akan susah memahami isi bertumpuk-tumpuk buku... tak akan susah mengelaborasi interdisiplin ilmu... tak akan susah... (yang susah adalah memahami isi hatimu..., aih... 😭).
       
        Matahari semakin tenggelam, Maghrib menjelang. Perkuliahan harus segera diakhiri... Langkah saya menuju musholla yang tersedia di gedung Biologi terasa lebih ringan... sat-set-sat-set, otak juga lebih clear. Saya tidak pernah menyangka, sebuah pesan singkat dari seorang guru yang `alim.. yang disampaikan dengan tulus, secara apa adanya..., dapat mengubah jalan hidup anak didiknya dikemudian hari kelak.

        Ya Allah, ilmu adalah rezeki dari-Mu.. Mohon berikanlah rezeki berupa pemahaman agar aku mudah memahami rahasianya.

Malang, 8 Agustus 2021
Langit sedang mendung, tadi gerimis sempat menyapa..






PERUBAHAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP (Bagian 1) ---MATERI KELAS X SEMESTER GENAP--- KURIKULUM MERDEKA

 ----  KEGIATAN AWAL PEMBELAJARAN  ---- 📌  Note  : Pernahkah kalian mengamati sawah yang berada disekeliling sekolah? Bagaimana kondisi saw...